POLA BUDIDAYA BEBEK PEKING

POLA BUDIDAYA BEBEK PEKING Peluang bisnis bebek peking mulai banyak dilirik orang sebagai alternatif pemenuhan permintaan daging unggas... thumbnail 1 summary
POLA BUDIDAYA BEBEK PEKING

Peluang bisnis bebek peking mulai banyak dilirik orang sebagai alternatif pemenuhan permintaan daging unggas di pasar. masa panen yang relatif cepat membuat budidaya bebek peking menjadi incaran banyak peternak. Dilain sisi pasokan bebek peking masih dikuasai oleh pemilik modal besar. Sesungguhnya bisnis budidaya bebek peking ini bisa dilakukan oleh kelompok usaha kecil ataupun usaha perorangan dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Yang terpenting adalah mengetahui pola budidaya bebek peking dengan baik.

Model Budidaya Bebek Peking

Budidaya bebek peking dapat dilakukan dalam beberapa model pemeliharaan. Model pemeliharaan bebek peking yang lazim dilakukan antara lain dengan sistim ekstensif, semi intensif dan pemeliharaan intensif.
Budidaya bebek peking dengan cara pemeliharaan ekstensif merupakan cara tradisional dimana bebek dipelihara dengan cara digembalakan tanpa memperhatikan kandang maupun makanan, karena ternak-ternak tersebut dilepas di tempat-tempat yang mempunyai sumber pakan alami misalnya didaerah-daerah pesawahan yang baru panen.

Pemeliharaan dengan system Semi Intesif, dimana ternak-ternak yang dipelihara sudah memperhatikan kandang ternak dan diberi makan tetapi sewaktu-waktu dilepas untuk mencari makan sewaktu ada peluang pada saat panen padi ataupun pada tempat-tempat yang mempunyai potensi sumber pakan yang alami.

Sedangkan Pemeliharaan yang Intensif, ternak-ternak peliharaan selalu ditempatkan dikandang dan diberi makan secara terus menerus serta sudah memperhatikan aspek-aspek teknis pemeliharaan ternak secara ilmiah dan sudah menggunakan teknologi-teknologi yang dianjurkan.

Cara budidaya bebek peking dengan sistem pemeliharaan intensif lebih sesuai dan memberikan peluang keuntunga yang lebih besar. Dengan budidaya bebek peking intensif dalam masa pemeliharaan kurang dari 2 (dua) bulan berat badannya sudah bisa mencapai diatas 3 kg dengan kondisi makanan yang baik dan Itik sudah siap dijual sebagai Itik Pedaging, dengan kualitas daging yang prima.

Budidaya Bebek Peking Untuk Penggemukan

Untuk Pemeliharaan Itik Peking/Peking Duck dengan tujuan penggemukan hanya dilaksanakan dalam 1 (satu) masa pemeliharaan yaitu dari Itik berumur 1 (satu) hari sampai Itik Peking tersebut siap dijual. Dengan makanan dan pemeliharaan yang baik ,berat badan Itik Peking yaitu mencapai sekitar 3,3 kg selama pemeliharaan., kurang lebih 55- 60 hari yaitu mulai umur 1 hari sampai umur 55 hari.

Pada umumnya Itik-Itik yang dipelihara untuk tujuan ini adalah Itik Peking yang jantan, tetapi yang betinanyapun mempunyai kemampuan yang sama dengan yang jantan hanya berbeda sedikit saja dalam hal berat. Kalau kita bandingkan antara waktu pemeliharaan dengan hasil produksi daging yang dihasilkan antara Itik Peking/Peking Duck dengan Ayam Ras Pedaging akan lebih unggul Itik Peking, dimana untuk Itik Peking dengan waktu Pemeliharaan sekitar 53 –55 hari bisa menghasilkan daging berat hidup sekitar 3,3 kg, sedangkan untuk Ayam Ras pedaging dengan jangka waktu pemeliharaan sekitar 32- 35 hari menghasilkan daging berat hidup sekitar 1,2 – 1,5 kg,sehingga apabila kita bandingkan dengan waktu yang sama maka akan diperoleh berat daging Itik Peking melebihi berat dari pada Ayam Ras Pedaging. (Galeriukm).



Proses Kawin Suntik pada Itik

Proses Kawin Suntik pada Itik Mengenal Inseminasi Buatan (IB) | Kawin Silang pada Ternak Itik Kawin suntik atau ensiminasi buatan mer... thumbnail 1 summary
Proses Kawin Suntik pada Itik
Mengenal Inseminasi Buatan (IB) | Kawin Silang pada Ternak Itik
Kawin suntik atau ensiminasi buatan merupakan suatu ketermpilan yang harus dipelajari dari orang yang telah dapat melakukannya. Artinya keterampilan ini sangat sulit dikuasai hanya dengan membaca penjelasan atau petunjuk saja. Tetapi harus dilakukan dengan cara melihat peragaan pelaksanaan inseminasi buatan dan mencoba melakukannya sendiri dengan bantuan serta didampingi pelatih, kemudian dilatih secara teratur.

Tahap-tahap pelaksanaan Inseminasi Buatan :
A. Mengoleksi sperma itik jantan
  1. Itik jantan yang akan diambil spermanya harus dipelihara secara terpisah dari itik betina, paling sedikit sebulan sebelum digunakan sebagai penghasil sperma.
  2. Sebaiknya itik jantan dipelihara di dalam kandang berbentuk sangkar.
  3. Paling sedikit delapan jam sebelum diambil spermanya, itik jantan jangan diberi makan tetapi tetap diberi air minum.
B. Membersihkan kulit di sekitar dubur
Bersihkan kulit disekitar dubur dan bila ada bulu yang cukup panjang, potonglah bulu sependek mungkin agar dubur kelihatan jelas dan bersih.
C. memegang itik
Pengang itik dengan posisi bagian ekor menghadap ke depan dan kepal menghadap ke belakang dari posisi pemegang. Tangan kiri memegang kaki itik sedangkan tangan kanan, menahan dada itik dengan posisi telapak tangan diletakan di dada. Leher itik diapit di antara lengan kanan dan bagian rusuk sisi kanan dari sipemegang.
D. Mengumpulkan semua semen
Persyaratan agar itik penjantan dapat menghasilkan semen dalam jumlah yang banyak dan berkualitas baik adalah sebagai berikut :
  1. Itik pejantan harus sehat dan mendapat pakan yang cukup gizi.
  2. Itiknya harus sudah dipelihara terpisah dari betina paling sedikit dua minggu debelu diambil semennya.
  3. Itiknya harus dalam kondisi tenang
Cara-cara mengumpulkan semen metoda dua orang adalah sebagai berikut :
a). Orang pertama
  1. Itik disangga dengan paha kanan, tangan kiri meegang kaki kiri dan kedua ujung sayap agar itik tidak meronta. Kepala itik menghadap ke sebelah kanan.
  2. Tangan kanan mengurut punggung itik dengan tekanan halus, mulai dari pangkal leher ke arah pangkal ekor dengan menggunakan telapak tangan. Biasanya itik akan bereaksi dengan menaikan ekornya.
  3. Ulangi gerakan mengurut beberapa kali. Tanda-tanda bahwa itik telah terangsang adalah bila sudah terlihat dubur menyembur.
  4. Bila itik sudah terangsang, pengurutan dilanjutkan dengan jari telunjuk dan ibu jari dengan menjepit pangkal kloaka sambil menekan dengan lembut ke arah dalam dan menarik ke arah luar juga denan lembut, jangan sampai alat kelamin keluar seluruhnya, tetapi hanya pangkal penisnya saja (muara semen yang keluar). Pengurutan tetap diulangi selama semen masih mengalir.
b). Orang kedua
Tugas orang kedua adalah menampung semen, caranya adalah sebagai berikut :
  1. Bila itik sudah terangsang, orang kedua mulai memegang alat penampung semen dengan tangan kanan dan menempelkan pada muara semen. Tangan kiri membantu menekan ekor itik ke arah punggung supaya tidak menggangu atau mengahalangi saat penyedotan semen.
  2. Semen yang keluar langsung disedot dengan menggunakan penyedot dari aspirator untuk di tampung di dalam tabung.
E. Menginseminasi Itik Betina
Persyaratan itik betina yang akan diinseminasi sebagai berikut :
  1. Itik betina yang akan diinseminasi sudah harus bertelur paling sedikit 4 minggu.
  2. Sebelum diinseminasi, itik betia harus dipelihara terpisah dari jantan paling sedikit selama 2 minggu.
  3. Itik betina harus sehat dan mendapat pakan yang cukup gizi.
  4. Sebaiknnya 6 jam sebelum diinseminasi, itik betina tidak diberi makan agar tidak berak pada saat diinseminasi.
Perlu diketahui bahwa itik betina hanya mempunyai satu alat reproduksi yang terletak di sebelah kiri. Alat reproduksi ini bermuara di suatu rongga di dalam tubuh dan menyambung ke dubur. Rongga tersebut dinamakan kloaka. Untuk menginseminasi itik betina, semen harus dimasukan kedalam alat reproduksi betina melalui lubang atau muara tersebut.

Cara-cara merangsang itik betina dengan metode dua orang :
a. Orang pertama
itik disangga pada bagian perutnya, kedua kaki dan sayap dipegang dengan tangan kiri dan kepala itik dijepit dengan tangan kiri dan badan. Ekor itik diangkat kearah punggung dengan tangan kanan untuk memudahkan orang kedua merangsang itik.
b. orang kedua
Tugas orang kedua adalah merangsang itik betina agar menyembulkan lubang tempat alat reproduksi bermuara dengan cara sebagai berikut : Jari tngan kiri menekan perut lalu mengangkat atau menyodok kearah kloaka. Tangan kanan siap dengan tabung suntik tuberkulin yang berisi semen.
Perhatian : Pada saat terangsang dan kloaka menyembul dari dubur, akan terlihat dua lubang. Lubang yang terletak di sebelah kiri itik adalah muara alat reproduksi, sedangkan yang satu lagi adalah muara dari alat pencernaan.
c. Cara menginseminasia.
  1. Sebelum diinseminasi, semen yang telah terkumpul dapat diencerkan terlebih dahulu dengan Nac1 fisiologis. Pengenceran yang aman adalah satu bagian semen dengan tiga bagian larutan NaC1 fisiologis.Perhatian : Agar sperma yang hidup jumlahnya tinggi, sebaiknya semen tidak disimpan di penampungan lebih dari 20 menit.
  2. Sedot semen dengan tabung suntik tuberkulin (1 cc) sebanyak 0.1 cc untuk setiap ekor atau 1 cc untuk setiap 10 ekor.
  3. Masukkan tabung yang sudah terisi semen ke dalam lubang sebelah kiri.
  4. Lepaskan jari-jari tangan kiri orang kedua dari perut itik dan lepaskan ekor itik dari pegangan orang pertama. Kloaka akan masuk kembali ke dalam tubuh.
  5. Suntikkan semen sebanyak 0.1 cc secara perlahan-lahan.
  6. Lepaskan itik. Dua hari setelah inseminasi, itik betina akan menghasilakan telur fertil. Untuk mendapatkan fertilitas yang baik, ulangi inseminasi 4-5 hari kemudian.
Demikianlah gambaran tentang proses perkawinan silang atau inseminasi buatan pada ternak itik, semoga bermanfaat!

BUDIDAYA TERNAK AYAM PETELUR

1. SEJARAH SINGKAT Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adal... thumbnail 1 summary
1. SEJARAH SINGKAT
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak,
karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik.
Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.
Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.
Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.
Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika.
2. SENTRA PERIKANAN
Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.
3. JENIS
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
  1. Tipe Ayam Petelur Ringan.
    Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
  2. Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
4. MANFAAT
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
  2. Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
  3. Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Kandang
      Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan. 
      1. Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua:
        1. Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur;
        2. Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.
      2. Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
        1. kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni;
        2. kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan;
        3. kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).
      1. Litter (alas lantai)
        Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
      2. Tempat bertelur
        Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
      3. Tempat bertengger
        Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
      4. Tempat makan, minum dan tempat grit
        Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
  2. Penyiapan Bibit
    • Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
      1. Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
      2. Pertumbuhan dan perkembangan normal.
      3. Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
    • Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:
      1. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
      2. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
      3. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
      4. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
      5. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
      6. Tidak ada letakan tinja diduburnya.


    1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
      Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:
      1. Konversi Ransum.
        Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya.
      2. Produksi Telur.
        Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.
      3. Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
        Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah ini. - Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
        • Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
        • Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur.
        • H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
        • Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.
        • Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
        • Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
        • Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
        • Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
        • Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
        • Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
        • Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.
        • Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.
  3. Pemeliharaan
    1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.
    2. Pemberian Pakan
      Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
      1. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
        • Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
        • Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
      2. Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
        • Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
        • Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
          Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
          1. Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu
            minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; 
            minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor;
            minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan
            minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. 
            Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
          2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu
            minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; 
            minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; 
            minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan 
            minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
style="-webkit-border-horizontal-spacing: 1px; -webkit-border-vertical-spacing: 1px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"> Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif. Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit. 

Macam-macam vaksin:
  1. Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna
  2. Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
  3. Vaksin NCD HB-1/Pestos.
  4. Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
  5. Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.


Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
  1. Ayam yang divaksinasi harus sehat.
  2. Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.
  3. Sterilisasi alat-alat.


  • Pemeliharaan Kandang
    Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

    1. Penyakit karena Bakteri
      1. Berak putih (pullorum)
        Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. 
        Penyebab: Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika
      2. Foel typhoid
        Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. 
        Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
        Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
      3. Parathyphoid
        Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. 
        Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
        Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
      4. Kolera
        Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
        Penyebab: pasteurella multocida. 
        Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar. 
        Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
      5. Pilek ayam (Coryza)
        Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
        Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus. 
        Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
        Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.
      6. CRD
        CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja.
        Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).
      7. Infeksi synovitis
        Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun. 
        Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma. 
        Pengendalian: dengan antibiotika.
    2. Penyakit karena Virus
      1. Newcastle disease (ND)
        ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan. Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
      2. Infeksi bronchitis
        Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
      3. Infeksi laryngotracheitis
        Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol. 
        Pengendalian:
        1. belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini;
        2. pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
      4. Cacar ayam (Fowl pox)
        Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar. 
        Penyebab: virus Borreliota avium. 
        Pengendalian: dengan vaksinasi.
      5. Marek
        Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%. 
        Pengendalian: dengan vaksinasi. 
      6. Gumboro
        Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
    3. Penyakit karena Jamur dan Toksin
      Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
      1. Muntah darah hitam (Gizzerosin)
        Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. 
        Penyebab: adalah racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingg menjadi racun.
        Pengendalian: belum ada.
      2. Racun dari bungkil kacang
        Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.
    4. Penyakit karena Parasit
      1. Cacing
        Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. 
        Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
      2. Kutu
        Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
    5. Penyakit karena Protozoa
      Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.
    8. PANEN
    1. Hasil Utama
      Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
    2. Hasil Tambahan
      Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
    3. Pengumpulan
      Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong. 
    4. Pembersihan
      Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.
    9. PASCAPANEN
    10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
    1. Analisis Usaha Budidaya
      Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 di Bintaro, Jakarta.
      1. Biaya produksi
        1. Modal tetap (investasi)
          • Kandang dan atap-------------------------------Rp. 225.000,-
          • Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,-----------------Rp. 2.626.000,-
            Jumlah biaya modal tetap----------------------------Rp. 2.850.000,-
        2. Modal kerja/variabel
          • Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30-------- Rp. 490.000,-
          • Penyusutan kandang (4tahun)-------------------- Rp. 4.700,-
          • Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun)------- Rp. 109.375,-
          • Obat-obatan------------------------------------- Rp. 1.000,-
          • Resiko kematian 3% per tahun------------------- Rp. 6.565,-
            Jumlah biaya modal kerja---------------------------- Rp. 611.640,-
            Jumlah biaya produksi------------------------------- Rp. 611.640,-
      2. Pendapatan
        1. Telur 60 x Rp. 650,- x 30 ----------------------------Rp. 1.170.000,-
        2. Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,------------------ Rp. 58.750,-
          Jumlah pendapatan --------------------------------------- Rp. 1.228.750,-
      3. Keuntungan
        1. Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,- =--------------------- Rp. 617.110,-4)
      4. Parameter kelayakan usaha
        a. B/C ratio = 2,0
        Keterangan :
        • Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan
        • Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998
        • Diperlukan luas tanah 40 m 2
    2. Gambaran Peluang Agribisnis
      Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan harga telur mahal. Dengan melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara intensif dan terpadu.
    1. Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.
    2. Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.
    1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
    2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
    Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas


    Baca Juga :


    Beternak Ayam Kampung Super

    PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG SUPER  Perkandangan Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan  kandang  untuk pemeliharaan ... thumbnail 1 summary
    PEMELIHARAAN AYAM KAMPUNG SUPER 

    Perkandangan Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan kandang 
    untuk pemeliharaan ayam kampong super antara lain sebagai berikut:

    1. Kandang sebaiknya terpisah dari rumah, idealnya kandang terletak pada tempat tersendiri terpisah dari pemukiman penduduk. 
    2. Lokasi kandang dipertimbangkan untuk kemudahan proses mobilisasi tenaga kerja, kedatangan DOC & mobil panen, kedatangan pakan, dll. 
    3. Kandang sebaiknya jauh dari lalulintas orang, jauh dari aktivitas bermain anak-anak, agar ternak tidak bising / stress dan nyaman berada dalam kandang.
    4. Kandang dibuat agar ternak nyaman dalam kandang, cukup terang dari sinar matahari (tidak gelap / pengap: bisa dengan penambahan genting kaca), cukup ventilasi untuk aliran udara (dinding tidak tertutup rapat), mudah untuk sanitasi / membersihkan kandang. 
    5. Dinding kandang dibuat agar hewan pemangsa ayam tidak bisa masuk (anjing, kucing, garangan, dll)
    6. Lantai kandang sebaiknya dibuat sedikit lebih rendah pada bagian pinggir agar mudah saat sanitasi total pada akhir siklus usaha.
    7. Permukaan lantai kandang dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah di sekitarnya agar lantai tidak lembab saat musim hujan, kondisi lingkungan yang lembab merupakan keadaan yang ideal untuk penyakit berkembang biak.
    8. Lingkungan kandang harus bersih (minimal jarak 2-3 meter) agar terhindar dari lalat, tikus dan binatang merugikan yang lain.

    Persiapan Kandang Sebelum DOC datang, kandang harus dalam keadaan
    siap (sebaiknya: minus 6 jam).Berbagai hal untuk persiapan keadatangan
    DOC / chick in: 
    1. Semua bahan untuk pemeliharaan sudah siap (sekam, kotak indukan, tempat pakan, tempat minum, lampu penerang,probiotik gb#1 “propunic dll).
    2. Lantai kandang dikapur merata, kemudian di semprot dengan disenfectan / obat pembunuh hama pada seluruh bagian dalam kandang (lantai, dinding, atap) dan luar kandang (dinding). 
    3. Sebaiknya anak-anak & orang lain tidak boleh masuk kandang setelah di sanitasi sampai panen. Setiap orang berpotensi membawa jutaan bibit penyakit yang tidak kelihatan.. 
    4. Pemelihara ternak sebaiknya tidak berhubungan / memelihara unggas lain (bebek, menthok, ayam lain) yang tidak terkontrol perlakuan kesehatannya. Karena setiap jenis unggas berpotensi menularkan penyakit pada unggas lainnya. 
    5. Siapkan kotak indukan (triplek penutup, lampu, alas sekam, koran pelapis rangkap 2-3, kerikil untuk ditaruh tempat minum pada H 1, tempat minum&pakan, antibiotic & vitamin, vaksin ND B1). 6. Indukan di set (lampu nyala) minimal 2 jam sebelum DOC datang, agar saat dipakai suhu dalam indukan sudah hangat, tutup dengan rapat (triplek + gabus / terpal / karung). Pemeliharaan Umur 1-21 hari Hal-hal yang perlu diperhatikan saat DOC tiba – hari ke 21: 
    • Dalam kotak indukan air minum diberi obat antibiotic+vitamin + gb#1 “profeed “sampai umur 5 hari. Pakan siapkan di feeder chick dan lantai koran. 
    • Hitung jumlah DOC. Kemudian lakukan vaksinasi tetes ND B1 (mata / hidung / mulut) 
    • Satu tetes saja & benar-benar masuk. 
    • Vaksinasi paling lama hanya 2 jam. 
    • Setelah selesai vaksin, tutup indukan dengan rapat (triplek+ karung). 
    • Jauhkan anak-anak, Jangan membuat gaduh di lingkungan kandang, bila perlu on kan radio.
       6. Air minum setiap hari diganti walau masih ada, pakan ditambah sebelum habis / jangan sampai   kebanyakan.
        7. Pada hari 1 tempat minum diberi kerikil agar DOC tidak renang & mati, pada hari ke 2 kerikil bisa diambil.
         8. Sampai hari ke 7 tutup harus rapat. Hari ke 8-21 lihat kondisi ayam, bila kepanasan bisa di buka sedikit penutupnya.
         9. Pada hari ke 7: vaksinasi ND Lasota lewat air minum. Puasakan 1-2 jam sebelum vaksin agar pada saat vaksinasi bias habis terkonsumsi. Kemudian beri air minum + vitamin.
         10. Pada hari 10 - 14 lakukan vaksinasi gumboro B lewat air minum. Perlakuan sama dengan poin 9.
        11. Setelah umur 15 - 21 hari (tergantung kondisi cuaca) ayam bisa dilepas dari kotak indukan Pembesaran / Penggemukan Ayam Kampung Umur 21 hari sampai Panen. 

    Setelah lepas dari indukan, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam kampong adalah sebagai berikut: 
    1. Lampu penerang harus cukup menerangi kandang sehingga ayam bias dengan mudah melakukan aktivitas makan / minum. 
    2. Air minum dan pakan harus tersedia setiap saat. Air minum tidak boleh kosong. 
    3. Metode pemberian pakan harus dipertimbangkan agar pakan tidak tumpah / tercecer. 
    4. Pemberian pakan + minum harus teratur setiap harinya. 
    5. Pemberian empon-empon / obat tradisional dan gb#1 “profeed” boleh dilakukan setiap hari lewat air minum. 
    6. Tempat pakan (hanging feeder) 1 buah untuk 50 – 100 ekor. Tempat minum diberikan secukupnya agar tidak samapi kehabisan dalam sekali periode pemberian minum. 
    7. Lakukan sanitasi (semprot disenfectan) dalam kandang, alas sekam, dinding, setiap 1-2 minggu sekali. 
    8. Lakukan pengamatan kondisi ayam setiap hari, tanda-tanda ayam sakit: nyekukruk, tidak bregas, ngorok (malem hari sangat jelas), pilek/meler, kepala bengkak, mata menutup ke atas / ke bawah, kanibal / luka (segera pisahkan), konsumsi pakan / minum menurun dibanding hari biasanya, kematian, dll. 
    9. Bila ada tanda-tanda ayam sakit segera koordinasi / jangan ditunda-tunda dengan alasan apapun untuk perlakuan selanjutnya agar kondisi tidak lebih parah dan menular ke ayam lain / kandang lain. 
    Panen Bisa ayam sudah berumur kurang lebih 50 hari bias dilakukan pemanenan. Panen dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagi berikut; 
    1. Kondisi ayam, kondisi pasar (harga), kondisi keuangan kelompok 
    2. Penentuan waktu panen di tentukan oleh kelompok. 
    3. Transaksi panen dikoordinasikan kelompok. 
    4. Uang panen diterima oleh Bendahara kelompok, kemudian pembagian hasil diberikan oleh Ketua setelah dikurangi biaya produksi. 
    5. Tidak boleh panen sendiri / pribadi atau panen eceran di luar koordinasi Ketua Kelompok.
    6. Sebagian panen yang untuk social masyarakat sekitar dikoordinasi oleh ketua kelompok. 
    Recording / Pencatatan Dalam proses pemeliharaan ayam dari tahap awal sampai panen, beberapa hal harus dilakukan pencatatan, antara lain yaitu: 
    1. Catatan biaya (pakan, vitamin, obat) 
    2. Catatan jumlah ayam, pemberian obat, vaksin, vitamin, saniatsi, kematian. 
    3. Catatan hasil panen (jumlah ayam, berat total, tidak layak jual, dll). 
    4. Buku + Form Catatan untuk Anggota akan dibagikan oleh Ketua Kelompok.
    Teknologi Sederhana Inseminasi Buatan Pada Ayam Teknologi IB merupakan teknologi yang sederhana karena dapat dikerjakan oleh peternak, alat dan bahan mudah diperoleh, tidak memerlukan laboratorium special, sehingga dapat memacu program rekayasa genetika. Syarat Indukkan yang baik; 
    • Resepien Pilihlah indukan yang sehat,dalam masa produksi, 
    • Donor Penampilan tubuh Ideal Umur pejantan 10-20 bulan Libido seksual tinggi Penampungan Semen 
    • Penampungan semen dapat dilakukan dengan cara pengurutan pada bagian punggung jantan, 
    • Telapak tangan inseminator memegang bagian punggung pejantan dimuli dari pangkal leher terus kepunggung hingga ke pangkal ekor . 
    • Pada saat mengurut telapak tangan Iseminator membentu 45 dari tulang belakang pejantan. 
    • Pengurutan diulangi beberapa kali sehingga ayam pejantan menunjukkan ereksi maksimal ( ditandai dengan merenggangnya bulu ekor keatas dan mencuatnya penis keluat kepermukaan kloaka. 
    • Setelah penis mengeluarkan cairan bening , cairan ini harus selalu dihindarkanagar tidak tertampung bersama semen. ( bila tercampur akan terjadi koagulasi/penggumpalan sperma) dan untuk mencegahnya siapkan selalu kertas tisu yang telah dibasahi NaCl 0.9% untuk membersihkan kloaka dari kotoranya, darah, cairan bening, atau semen yang keluar 
    • Secara individual semen ditampung dalam gelas penampung dengan panjang 2-3 cm dan diameter 1-2 cm , setiap 15-20 menit pengurutan dapat diulang hingga 2-3 kali penampungan semen. 
    • Frekuensi penampungan semen dilakukan teratur 3-4 hari/ minggu dengan interval 1-2 kali setiap 15-20 menit. Penanganan Semen 
    • Perikasalah dengan mata kebersihan semen ada kontaminasi oleh bahan-bahan lain atau tidak 
    • Periksalah kosentrasi sperma, daya hidup sperma hidup (%) daya hidup sperma Progresif (%) Pengenceran Semen 
    • 20-150 juta spermatozoa motif progresif diencerkan dengan 0.1 ml semen encer. Contoh data IB Volume Semen 2.5 ml, kosentrasi sperma 2700 juta sperma/ ml semen kental., sperma motif progresif 85 % dengan demikian produksi sperma .Dengan demikian , produksi sperma motif progresif adalah 2,5 X 2,700 X 0.85 = 5.737,5 juta. Dari data diatas kita dapat menentukan; Berapa jumlah pengencer semen apabila menggunakan dosis IB 50 juta sperma motif progresif / 0,1 ml dengan pengencer NaCl 0,9%.Berapa jumlah betina resipen IB? Dapar disimpulkamn; Kosentrasi IB = 10 x 50 juta = 500 juta sperma motif progresif / ml semen encer ( 50 juta sperma / 0,1 ml semen encer ) maka Besar pengencer semen 2.295 ; 500 = 4,6 kali Jumlah semen encer 2,5 x 4,6 =11,5 ml yang terdiri dari 2,5 ml semen kental dan 9 ml NaCl 0,9% Jumlah resipen betina yaitu = Alternatif I = 11.5 : 0,1 = 115 ekor atau alternative II = 5.737,5:50=114,75 ( 115 ekor ) Penyimpanan Semen Semen dapat disimpan dalam penyimpanan ivintro dalam kondisi aerob dengan beberapa alternative = 1) dalam suhu 25-27C (suhu air sumur , air ledeng), 2) dalam suhu 5 C ( freezer ) , 3) dalam suhu 5-10 C ( air + es batu ) Peralatan IB Peralatan yang digunakan dalam Iseminasi Buatan ini antara lain; a. Gun IB 1 ml ( untuk memasukkan semen) b. Syiringe spuit 2-3 ml ( untuk mengencerkan semen) c. Termos sederhana , d. Tube ( Tabung ) plasma darah 2 ml untuk menampung semen e. Pengencer semen ( cairan infuse, kuning telur ) f. Tisu gulung g. Obyek gelas berlengkung tengah h. Haemisitometer i. Cairan pewarna eosin Metode Iseminasi Buatan Metode deposisi semen intravagina Pada metode ini, semen diposisikan pada bagian vagina .dengan cara memasukkan batang gun sedalam 3cm pada daeran vagina tempat deposisi semen. Cara memunculkan bagian dorsal 
    • Jari telunjuk kanan menempel pada bibir vagina atau kloaka 
    • Tiga jari kanan (jari tengah , jari manis, dan jari kelingking ) pada posisi antara kloaka dan tulang dada pada bagian dorsal. 
    • Secara bersama-sama, tiga jari tersebut menekan perut kearah sedemikian rupa sehingga pangkal atau bagian dorsal vagina ayam betina muncul kepermukaan atau kloakla ( lubang saluran reproduksi dan lubang saluran pencernaan ) bersama-sama muncul keluar 
    • Semen dalam gun (syiringe spuit) deposisikan pada daerah vagina betina ayam sedalam 3 cm Metode deposisi semen intrauterine • Kateter sepanjang 7-8 cm dirangkai dengan ujung gun . Setelah itu, kateter dimasukkan kedalam uterus ayam betina .Kateter tersebut terbuat dari selang infus manusia ( bahan karetnya lemas dan dan tidak kaku dipotong sepanjang 7-8 cm 
    • Permukaan vagina dimunculkan 
    • Gun yang berisi semen dimasukkan sepanjang kateter atau selang karet sedalam 7-8 cm ke dalam uterine kemudian semen diposisikan Cara lain pelaksanaan Iseminasi Buatan Persiapan 
    • Persiapkanlah alat dan bahan antara lain; alat suntik, selang, tabung penampung sperma, tabung pengencer, NaCl fisiologis 0,9 % ( pengencer sperma) kain lap 
    • Siapkan indukkan dan pejantan Pengambilan sperma; 
    • Dilakukan sore hari diatas jam 15:00 
    • Pengambilan sperma dilakukan 2 orang , satu orang memegang ayam, satu orang yang lainya mengambil sperma • Bersihkan kotoran yang menempel dianus dan sekitarnya 
    • Rangsanglah pejantan dengan cara mengelus-elus bagian punggung dibawah leher kearah ekor dan daribawah anus kearah ekor lakukan 5-10 kali 
    • Tekan pangkal ekor dengan posisi tangan diatas sampai keluar sperma, kemudian tamping sperma kedalam tabung . dapat dilakukan 3-5 kali dalam satu minggu. 
    • Encerkan sperma dengan NaCl fisiologis 0,9% dengan perbandingan 1:6 sampai 1;10 dengan cara; sedot NaCl fisiologis dengan spuit sesuai derajat pengencerannya, masukkan kedalam tabung tersebut digoyangkan secara perlahan hingga tercampur , kemudian sisa NaCl dimasukkan lagi kedalam tabung tersebut digoyangkan hingga tercampur , 
    • Masukkan / sedot sperma yang telah diencerkan dengan spuit / alat suntik . setelah masuk siap diiseminasikan Pelaksanaan IB 
    • Siapkan Induk yang akan diiseminasi 
    • Bersihkan kotoran yang menempel di anus dan sekitarnya 
    • Pelaksanaan IB dilakukan 2 orang, dimana 1 orang memegang ayam dan 1 orang melaksanakan IB 
    • Tekan bagian tubuh dibawah anus hingga terlihat saluran reproduksi ( yang sebelah kiri ) 
    • Masukkan / suntikkan sperma yang udah diencerkan dengan spuit ( seudah dipasang selang ) secara perlahan kedalam saluran telur sedalam kurang lebih 2 cm . Pada waktu akan dilakukan penyuntikan , penekanan bagian bawah tubuh dilepaskan, bersamam dengan itu penyuntikan dilakukan . tiap indukkan dibutuhkan sperma 1-2 ml 
    • Untuk mendapatkan hasil yang baik , sebaiknya IB diulang 3 hari setelah IB yang sebelumnya. Iseminasi buatan perlu dipelajari dan dikembangkan untuk memperoleh bibit yang berkualitas sesuai dengan keinginan kita.

    Selamat Mencoba

    Sponsor Advertisement