JENIS BURUNG PUYUH BUDI DAYA DI INDONESIA

        Coturnix japonica Burung puyuh termasuk dalam class Aves, ordo Galliformes, famili Phasianide, genus Cotur... thumbnail 1 summary

        Coturnix japonica
Burung puyuh termasuk dalam class Aves, ordo Galliformes, famili Phasianide, genus Coturnix dan species Coturnix coturnix (Nugroho dan Mayun, 1990).Burung puyuh yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Coturnix coturnix japonica yang berasal dari Jepang sehingga sering disebut dengan Japanese Quail (Rasyaf, 2002).

Karakteristik dari jenis Coturnix coturnix japonica adalah:
Bentuk badannya lebih besar disbanding burung puyuh lain, panjang badan sekitar 19 cm, badan bulat, ekor pendek, paruh lebih pendek & kuat, jari kakinya empat buah (3 kedepan dan 1 kebelakan) dengan warna kaki kekuningan.

Pertumbuhan bulu lengkap pada umur 2-3 minggu
Puyuh jantan dewasa: bulu pada kepala dan diatas mata pada bagian alis berwarna putih; bulu punggung berwarna campuran coklat gelap, abu-abu, dengan garis putih;bulu daerah kerongkongan bervariasi dari warna coklat muda sampai coklat kehitaman; bulu dada berarna merah sawo matang tanpa warna belang.

Puyuh betina dewasa : warna sama dengan jantan, kecuali bulu dadanya berwarna merah sawo matang dengan garis-garis atau belang kehitaman. Suara yang jantan dewasa lebih keras, sepanjang malam hamper bersuara.
Berat badan puyuh betina dewasa kira-kira 143 gram dan jantan dewasa 117 gram.

Seleksi Puyuh Jantan Dan Betina

Tujuan dari penyeleksian ini adalah untuk memisahkan puyuh jantan dan puyuh betina, Untuk jenis puyuh jepang seleksi puyuh jantan dan betin... thumbnail 1 summary
Tujuan dari penyeleksian ini adalah untuk memisahkan puyuh jantan dan puyuh betina, Untuk jenis puyuh jepang seleksi puyuh jantan dan betina sebaiknya di lakukan di usia 25 hari ke atas, hal ini bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan dalam menentukan jenis puyuh jantan atau betina. 

Untuk menyeleksi puyuh jantan atau betina bukanlah hal yang sulit, jika sudah mengetahui ciri-ciri khas dari puyuh jantan dan betina. mengetahui ciri khas, sangat penting dalam hal menyeleksi puyuh, hal ini bertujuan agar memudahkan kita dalam mendeteksi jenis puyuh jantan atau betina, dengan corak dan pola warna yang beraneka ragam.

A. Ciri Khas Puyuh Jantan
Berbicara tentang ciri dan corak, maka puyuh jantan memiliki pola dan corak yang paling beraneka ragam, hal ini pula yang menyebabkan banyak terjadi kesalahan dalam hal mendeteksi jenis kelamin dari burung puyuh.

Corak yang paling umum dari puyuh jantan adalah, di bagian dada puyuh jantan memiliki corak yang berwarna pirang dengan warna yang cerah(warna rambut jagung), seperti gambar dibawah.

Corak lain yang juga dimiliki puyuh jantan adalah warna pirang yang sedikit kabur, seperti gambar dibawah.

Corak lain dari burung puyuh yang paling sering terjadi kesalahan dalam penyeleksian adalah corak dengan warna pirang tetapi terdapat bintik kehitaman seperti yang terdapat pada puyuh betina, lihat gambar.

B. Ciri Khas Puyuh Betina
Corak bulu pada puyuh betina tidak sekompleks yang terdapat pada puyuh jantan. Puyuh betina umumnya memiliki ciri khas di bagian dada berwarna putih dengan bintik-bintik hitam, dan corak lain pada puyuh betina dibagian dada berwarna pirang pudar tetapi tetap memiliki bintik-bintik hitam.
 


Binti hitam merupakan ciri khas dari puyuh betina, ada beberapa puyuh jantan juga memiliki bintik seperti puyuh betina, hanya saja bintik pada puyuh jantan berwarna pirang

TIPS PEMBIBITAN PUYUH

Pembibitan 1.      Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit. 2.... thumbnail 1 summary
1.    Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
2.     Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
3.  Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
TIPS PEMBIBITAN PUYUH
Berbicara mengenai peternakan puyuh, raanya kurang tepat jika tidak membicarakan masalah perkandangan. Meskipun puyuh merupakan unggas liar, ada beberapa hal yang harus kita ketahui mengenai syarat kandang puyuh ini diantaranya :
1.  Lokasi kandang sebaiknya jauh dai keramaian dan pemukiman penduduk. Selain bisa mencemarkan udara dengan baunya, jarak yang dekat ini juga bisa membuat puyuh terganggu dan mudah stress akibat adanya suara bising dari pemukiman manusia.
2.   Mempunyai sirkulasi udara yang baik. SIrkulasi udara yang tidak benar bisa menyebabkan meningkatnya serangan hama dan penyakit.
3.   Aman dari gangguan binatang predator.
4.  Mempunyai aksesibilitas yang baik. Terutama untuk menunjang transportasi sarana produksi peternakan serta penjualan daging dan telur puyuh.
5.   Mempunyai sumber air yang baik, tidak tercemar, serta selalu tersedia, terutama ketika musim kemarau. Sumber air yang tercemar dan kurang lancar bisa menyebabkan penurunan produksi, bahkan menyebabkan kematian pada puyuh.
6.   Sebaiknya kandang untuk beternak puyuh jauh dari kandang unggas lain, dan sebisa mungkin bukan kandang bekas unggas lain pula. Hal ini untuk mencegah tertularnya penyakit dari unggas lain.
7.   Idealnya, suhu untuk beternak puyuh adalah 20-250 derajat C dengan kelembapan ( rH) idealnya 30-80%, Suhu dan kelembapan yang tidak cocok berpotensi mendatangkan penyakit pada puyuh.
8.   Kandang puyuh jangan dibuat langsung diatas tanah, Lantai pertama kandang puyuh harus terletak jauh dari tanah untuk mencegah hawa basah dan lembab.
9.   Kandang puyuh sebaiknya dibuat dari bahan-bahan murah yan ada di daerah setempat. Misalnya, kayu kalimantan, Papan sengon, Bambu, papan bekas peti, kawat kasa, genteng, seng plastik, dan bahan bahan lain. Rangka kandang dibuat dari kayu yang berukuran 0,04 x 0,06 m.
10. Jika hendak mengunakan sistem litter, lantai kandang dibuat dari papan. Apabila tidak menggunakan litter lantai dapat dibuat dari bahan kawat kasa, anyaman bambu atau jeruji bambu yang agak rapat dan cukup kuat. Jika menggunakan kawat kasa atau anyaman bambu, di lantai bawah hendaknya dipasang papan penampung kotoran yang dapat ditarik keluar untuk keperluan pembersihan.
11. Dinding kandang bisa dibuat dari kawat kasa, anyaman bambu, atau jeruji bambu, Ukuran bambu sedikit lebih besar dibandingkan dengan kandang burung, tetapi lebih kecil dari kandang ayam. Dinding kandang yang menghadap keluar perlu dipasang pelindung dari karung plastik atau sejenisnya. Karung plastik ini berfungsi untuk menahan derasnya air hujan atau angin kencang. bagian dinding yang dekat dengan lantai dipasangi papan horisontal sebgai pembatas. Genteng, seng tipis, atau papan berlapis plastik bisa digunakan sebagai atap kandang.
12. Setelah kita menyiapkan kandang yang tepat bagi puyuh, ada baiknya kita juga mengetahui syarat bibit puyuh jika kita ingin membudidayakan puyuh. Pembudidayaan puyuh untuk memproduksi telur sekaligus daging, membutuhkan bibit puyuh berkualitas. adapun bibit puyuh yang baik memiliki ciri sebagai berikut :
·     Berasal dari indukan unggul, sehat, dan tidak mempunyai riwayat terkena penyakit mematikan seperti new castle disease (ND).
·       Indukan merupakan puyuh petelur dari jenis unggul bukan dari puyuh liar.
·    Biit puyuh tampak lincah dan aktif bergerak, Bibit puyuh yang diam saja dan memisahkan diri dari kumpulan puyuh lain, biasanya sedang terserang penyakit
·       tidak ada tanda-tanda serangan penyakit.
·       Bulu badannya berwarna cerah, tidak kusam dan tidak ada tanda-tanda kerontokan
·    Bentuk badannya sempurna, simetris, anggota tubuhnya lengkap, dan tidak ada kelainan bentuk dari burung puyuh normal, baik disayap, kaki, maupun kepala.
·       Syarat kandang dan bibit puyuh ini merupakan dua hal yang cukup penting dalam pembudidayaan puyuh.

Tips Merawat dan Memelihara Puyuh Petelur Agar Tetap Berproduksi dengan Maksimal

Sebelum melanjutkan posting yang ke sekian kali mengenai per-puyuh-an, perlu saya tekankan sekali lagi bahwa semua tulisan saya sejak per... thumbnail 1 summary
Sebelum melanjutkan posting yang ke sekian kali mengenai per-puyuh-an, perlu saya tekankan sekali lagi bahwa semua tulisan saya sejak pertama merupakan “murni hanya bercerita” pengalaman. Jadi harap maklum kalau banyak kekurangan di sana sini terutama mengenai tata cara beternak atau budidaya burung puyuh petelur, karena sama sekali tidak ada dasar disiplin keilmuan peternakan khususnya ternak unggas maupun dasar pengalaman mengikuti peternak besar yang sudah maestro. Maka, sekiranya ada diantara pembaca yang ahli di bidang ternak unggas atau yang sudah lebih berpengalaman, dimohon untuk memberikan masukan-masukan, kritikan, ataupun nasehat yang tentu akan sangat berharga buat saya.
Setelah 20 hari masa pembesaran, sudah saatnya burung puyuh dipindah ke kandang teluran. Sebenarnya 20 hari hari juga hanya patokan saja, sebab ada yang mindahnya setelah burung puyuh berumur 25 hari atau bahkan 30 hari baru dipindah.
Pada saat memindahkan berarti juga tiba saatnya untuk memberi vaksin flu burung. Penting nggak penting pemberian vaksin ini relatif diperlukan. Ingat dengan merebaknya flu burung beberapa saat yang lalu ternyata memang merepotkan peternak-peternak unggas.
Biaya vaksinasi cukup murah, sudah termasuk vaksin dan jasa berkisar Rp 80 ribu untuk 1000 populasi.
Masa burung puyuh berproduksi adalah masa-masa keemasan bagi peternak setelah melewati masa pembesaran yang rasanya melelahkan. Melihat telur-telur yang menggelinding di strimin kandang bagian depan, ada kepuasan tersendiri yang hanya dimiliki oleh sang peternak.
Seperti pepatah Cina mengatakan: lebih mudah membuka toko daripada mempertahankan agar toko tetap buka.
Demikian juga dengan masa burung puyuh bertelur adalah masa yang cukup panjang. Banyak nantinya aral melintang dan hambatan yang mengganggu si cantik-cantik ini berproduksi (mereka betina kan? Jadi cantik-cantik…). Bagaimana tips agar produksi tetap bertahan dalam hitungan “bagus” dan “memuaskan” hingga mengantar mereka untuk mengembalikan modal kita ? Nah, berikut akan saya sampaikan beberapa tips yang sebenarnya sederhana dan biasa saja. Para peternak tentu sudah biasa menjalankan, hanya mungkin tidak sempat menuliskannya.
Produksi telur burung puyuh sudah dalam keadaan stabil maksimal, tetapi kemudian ada penurunan produksi (beberapa ada yang bahkan cukup signifikan). Kaget itu tentu saja. Nah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi hal yang demikian adalah:
1. Burung puyuh sering dalam keadaan kelaparan.
Wah, sebaiknya jangan terlalu menerapkan prinsip ekonomi dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Jatah pemberian pakan memang diperlukan untuk mengatur pengeluaran. Tapi pembatasan yang berlebihan demi untuk penghematan tentu akan dibalas juga dengan penghematan produksi telur. Sayang kan ?!
2. Rumah induk yang terlalu gelap.
Burung puyuh suka dengan cahaya terang. Maka pemberian lampu sebaiknya siang dan malam. Salah satunya saya buktikan di beberapa kandang adanya pemusatan telur mengumpul di satu sisi yang paling terang. Tapi bisa saja apabila penerangan kurang memadai, burung puyuh akan jarang makan, sehingga otomatis produksi telurnya juga jarang.
3. Periksa kondisi lingkungan.
Terutama dengan suara-suara yang mengagetkan. Biasanya akan berpengaruh dan membuat stres sehingga produksi menurun. Kejadian ini juga bisa disebabkan saat rutinitas “nimpal” atau membersihkan kotoran jaga jangan burung-burung puyuh ini “grobyakan”, apalagi yang berlebihan. Untuk ini ada vitamin yang perlu diberikan untuk mengantisipasi hal-hal yang demikian, yaitu vitamin ANTISTRES.
4. Perubahan cuaca dan iklim.
Biasanya dalam masa pancaroba hawa terasa kurang nyaman. Burung-burung puyuh seakan juga merasakan hal yang sama. Apabila produksinya menurun saat pergantian musim (pancaroba), berarti burung puyuh memang sedang tidak enak badan. Selain pemberian antistres dan vitamin C selama tiga hari berturut-turut, untuk memberi energi pada sore harinya perlu juga pemberian gula pasir untuk minum. Dosis pemberian gula pasir ialah satu sendok makan untuk 10 liter air (tentu diencerkan terlebih dahulu di air panas).
5. Pemberian obat perangsang telur.
Banyak manfaat dari obat perangsang telur ini. Selain merangsang produksi, juga memperbaiki kondisi telur supaya tidak terlalu kecil atau kerabang tipis. Tapi segera hentikan jika sudah terlalu banyak telur yang besarnya di luar ukuran biasa.
6. Periksa kebersihan tempat minum.
Kalau tempat minum sudah terlalu kotor, biasanya burung puyuh jadi agak enggan meminumnya. Otomatis produksi ikut menurun.
7. Rumah induk terlalu pengap.
Karena khawatir kedinginan, kadang ada yang menutup rapat-rapat rumah induk. Ini tidak baik. Seperti kita juga tidak akan sehat tinggal di rumah yang tidak berventilasi. Maka beri angin-angin yang menyegarkan hawa di dalam rumah induk. Beri suasana yang nyaman dengan sirkulasi udara yang cukup untuk burung puyuh tersayang.
8. Adanya penyakit yang menyerang.
Penurunan produksi yang signifikan bisa disebabkan ternyata burung puyuh sedang terserang penyakit. Tentu memanggil dokter PT Peksi Gunaraharja adalah solusinya. Atau sebelumnya diberi obat “trimecyne” dulu apabila terlihat burung-burung puyuh dalam kondisi layu, pucat, dan kotoran yang buruk (berak putih atau berak hijau). Untuk yang ini saya tidak bisa menceritakan lebih lanjut, karena hanya berdasar mendengarkan keterangan dan pengalaman peternak lain. Penulis jangan mengalaminya ya……… hehehe.
9. Terus menerus produksi menurun atau bahkan berhenti dibarengi dengan banyak kematian yang di atas normal. Padahal sudah ditangani dokter PT. Solusinya hanya satu; segera saja diapkirkan. Beres.
Jika segala usaha mempertahankan produksi telur sudah dilakukan dan ternyata tidak juga meningkat. Bisa jadi itu merupakan penurunan yang wajar; apabila seiring dengan berkurangnya populasi setelah jangka waktu yang berjalan.
Berkurangnya populasi yang wajar dapat ditandai dengan ukuran standar kematian. Ukuran kematian ini sejumlah 0,8 ekor per-hari per-1000 populasi. Itu normal (apabila kematian di bawah 0,8 ekor, berarti bagus).
Kalau keadaan populasinya memang sudah berkurang, untuk tetap menstabilkan penghasilan, maka jatah pakan juga sudah saatnya untuk dikurangi. Mudah kan ?

Pemberian vitamin tambahan pada puyuh starter

Vitamin tambahan diberikan karena vitamin yang terkandung pada pakan hanya mendukung kehidupan puyuh dalam kondisi biasa, tidak ada ganggua... thumbnail 1 summary
Vitamin tambahan diberikan karena vitamin yang terkandung pada pakan hanya mendukung kehidupan puyuh dalam kondisi biasa, tidak ada gangguan berupa perubahan suasana ataupun perlakukuan. Jika kesulitan mengenali jenis-jenisnya, toko pakan/obat hewan akan membanttu memilih produk yang tepat untuk keperluan ini.


Penambahan vitamin pertama pada saat puyuh turun boks dan dipindah ke dalam brooder. Pada umur 1-7 hai, setiap hari (2x sehari) puyuh diberi vitamin khusus untuk DOQ (vitamin Mix, biasanya bermerek dengan akiran 'chicks'). Dosis mengikuti petunjuk pada kemasanya.

Pada umur 8-19 hari, vitamin itu masih diberikan, tetapi hanya 1 x sehari pada pagi saja atau sore saja. Pada umur 25 dan 26 hari, vitamin itu diberikan pada pagi hari. vitamin ini diberikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah infeksi penyakit. Ada beberapa jenis vitamin yang didalamnya juga sudah dicampur dengan antibiotik.

Pada umur 20 hari, sehari sebelum vaksinasi ND ke-2, puyuh diberi vitamin mix anti stress. Begitu juga setelah vaksinasi. Pada umur 28 hari vitamin antistres diberikan lagi karena sehari sesudahnya puyuh diberikan vaksin AI pertama. sesaat setelah vaksinasi AI puyuh kembali diberi vitamin anti stress hingga 3 hari sesudahnya.

Vitamin antistress diberikan pada waktu pergantian pakan starter ke pakan layer pada waktu mulai bertelur. sebab pada kondisi awal bertelur ini terjadi perubahan hormonal di tubuh puyuh sehingga dapat memicu stress. Sedikit saja stress akan menjadi pintu masuk penyakit sehingga produksi telur terganggu, dan selanjutnya akan sulit mengejar standar produksi telur.

JANGAN BETERNAK PUYUH PETELUR, SEBELUM MEMPERTIMBANGKAN HAL-HAL BERIKUT INI

Salam sejahtera Melihat berbagai analisa usaha budidaya puyuh petelur, membikin “gerah” yang membacanya. Bagaimana tidak gerah dan bikin ... thumbnail 1 summary
Salam sejahtera
Melihat berbagai analisa usaha budidaya puyuh petelur, membikin “gerah” yang membacanya. Bagaimana tidak gerah dan bikin ngiler para pelaku usaha per-unggas-an jika melihat usaha ternak puyuh demikian tinggi hasilnya dan relatif cepat kembali modal serta begitu ringan aktivitas kerjanya….. Selain itu, bagi yang menjadi karyawan, pegawai, atau bagi yang sudah mempunyai usaha lain, beternak burung puyuh sangat bisa menjadi alternatif menambah penghasilan. Menggiurkan memang.


Analisa dan kenyataan yang demikian juga bikin saya hampir macet mau nulis postingan ini yang sesuai judulnya “jangan beternak puyuh petelur sebelum mempertimbangkan hal2 berikut ini”.
Tentu yang ingin saya tuliskan adalah bahwa bagi yang berkeinginan budidaya ternak puyuh petelur sudah siapkah menerima kekurangan dan segala macam resiko negatif disamping hal-hal yang nyaman dan menyenangkan?
Dibalik yang manis-manis, sebenarnya ada pahitnya juga, bahkan banyak. Dan semuanya harus ditelan. Tidak bisa pilih-pilih jika memang ingin intens menekuni ternak puyuh. Tentu hal yang akan saya sampaikan bukanlah resiko pahit “kegagalan”. Bukan. Kalo resiko kegagalan beternak puyuh kok sepertinya hampir jarang terjadi. Ya tetep ada juga peternak yang berhenti karena kegagalan, tapi berbanding lebih sedikit daripada peternak yang terus menjalankan usahanya, bahkan terus dan terus menambah populasinya.

Mungkin saya sok tau atau mungkin juga narsis, namun saya tulis ini bersifat bercerita apa yang saya alami, mudah2an ada sedikit membawa manfaat.
Bagi yang berkeinginan beternak burung puyuh utamanya puyuh petelur, sebenarnya tidak enak lho, kecuali bisa menerima, menjalani, setelah mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

1. Siap rugi.
Rugi belum tentu gagal atau bangkrut. Rugi di sini maksudnya adalah penghasilan yang menurun karena harga telur yang juga turun, misalnya biasanya mendapat hasil bersih 300rb ataupun 350rb rupiah per-1rb populasi, turun ke hasil bersih 100rb bahkan 50rb rupiah per-1rb populasi per-minggu. Jadi ruginya di sini adalah turun penghasilan.
Rutinitas harga menyentuh level rendah biasanya memasuki bulan2 September sampai Desember. Walaupun rutinitas tersebut bukan patokan pasti, bagaimanapun tetap tergantung pada penyerapan pasar. Biasanya.
Tapi secara insidentil pernah juga kejadian harga telur terus turun dan harga pakan terus naik.
Nah, siap tidak para calon peternak menghadapi keadaan tersebut yang jelas menjadi hiasan wajar dalam beternak puyuh petelur.
Siap tidak untuk tetap mencintai puyuh dalam suka dan duka, dalam manis dan pahitnya kondisi.
Jika diperkirakan tidak mau menerima kondisi tersebut, pertimbangkan lagi dengan matang2 untuk terjun ke jurang perpuyuhan
, karena itu sudah sandangan pokok.

2. Siap Kerja Tanpa Hari Libur.
Pertimbangan yang kedua ini terutama untuk tipe-tipe peternak yang bukan peternak juragan.
Karena burung puyuh tidak mempunyai jadwal puasa. Tiap hari mereka bertelur dan tiap hari juga butuh makan dan minum. Bahkan sekalipun libur tanggal merah di kalender, aktivitas kerja di kandang puyuh tetap jalan terus. Karena itu mengatur waktu untuk acara lain perlu menyesuaikan dengan acara rutin di kandang puyuh.
Bisa saja mengambil libur puyuh, jika :
- ada acara darurat dan mempunyai karyawan / keluarga yang terpercaya mampu memberi makan dan minum
- ada acara seluruh keluarga yang sangat penting kemudian menitipkan puyuh pada teman peternak lain
- apkir total untuk menikmati istirahat.
Nah, siap atau tidak menerima keadaan budidaya puyuh yang tidak ada liburnya itu ?
Pertimbangkan lagi dengan masak-masak.

3. Siap Menabung.
Biarpun hasil dari beternak puyuh itu segitu segini atau seberapapun juga, pengembalian modal adalah tetap menjadi target utama.
Nah, siap tidak untuk menabung dari sebagian hasil dalam rangka pengembalian modal ? Jika tidak siap menabung ya dijamin akan kalang kabut ketika meremajakan puyuhnya kemudian menyimpulkan bahwa usaha puyuh itu merugikan.

4. Siap Loyal.
Yang ke-4 ini khusus untuk peternak plasma kemitraan. Jika tidak siap untuk loyal kepada PT, pertimbangkan lagi dengan masak-masak biar awet menjadi peternak puyuh petelur.
Cukup empat saja dulu. Silahkan kalau ada yang mau menambahi pahit-pahitnya beternak puyuh petelur itu apa saja. Kalau terlalu banyak cerita pahit-pahitnya, bisa-bisa nanti tidak ada yang mau terjun ke budidaya burung puyuh petelur

Syarat-syarat yang Diperlukan dalam Budidaya Burung Puyuh Petelur

Syarat-syarat dalam memelihara burung puyuh ini bukan merupakan syarat teknis. Namun tidak apa-apa lah sekedar untuk mengetahui. Sebab syar... thumbnail 1 summary
Syarat-syarat dalam memelihara burung puyuh ini bukan merupakan syarat teknis. Namun tidak apa-apa lah sekedar untuk mengetahui. Sebab syarat-syarat non teknis ini hanya rekaan penulis yang jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah apakah ada hubungan antara syarat-syarat ini dengan maju mundurnya usaha budidaya puyuh petelur.

Bagi yang berkeinginan terjun dalam usaha budidaya burung puyuh petelur, sebaiknya memperhatikan syarat-syarat berikut:

Syarat pertama adalah kasih sayang.
Bagaimanapun mereka tetap hewan. Secara logika burung-burung puyuh itu tidak akan mengerti biarpun kita bilang beribu-ribu kata sayang. Apakah sayang itu berbentuk selalu mengelus-elus mereka atau ikut tidur di dalam kandang ? Bukan sayang seperti itu yang mereka inginkan. Tapi rasa sayang yang diwujudkan dengan memberi perhatian.
Tak kenal maka tak sayang, benar juga untuk diterapkan dalam budidaya beternak burung puyuh. Mengenal apa saja yang burung puyuh butuhkan, kemudian memberi perhatian. Di sini lah ada semacam ikatan batin antara kita dan burung puyuh; bahwa mereka bukan sekedar mesin pencetak uang.

Syarat kedua adalah adalah disiplin.
Seperti halnya beternak ayam pedaging, apabila terlambat memberi pakan biasanya bobot akan menyusut. Demikian juga dengan burung puyuh petelur, terlalu lama terlambat memberi pakan dan minum berarti siap-siap saja akan berkurang jumlah telur yang dikeluarkan.
Syarat ketiga adalah teliti dan cermat.
Ini penting. Dalam satu tingkat kandang ada 100 ekor. Bisa dibayangkan bagaimana mereka berdesak-desakan. Maka ketelitian memeriksa dan mengawasi sangat diperlukan. Adakah yang bertingkah aneh-aneh atau yang kelihatan pucat, lesu, tembolok kosong, atau kepalanya menunduk-nunduk dan muter-muter. Maka sempatkan untuk meneliti kondisi mereka. Dan keluarkan dari dalam kandang apabila ada yang tidak beres atau yang sudah mati.

Syarat keempat adalah jangan terlalu pelupa.
Terutama dalam memberi makan dan minum. Jangan ada yang terlewatkan. Sepele tapi bisa fatal akibatnya.

Syarat kelima adalah ketekunan.
Saat burung puyuh dalam kondisi baik produksinya tentu kita akan senang dan semangat. Itu juga harus diterapkan apabila datang suatu masa produksi burung puyuh sedang tidak baik. Harus tetap senang.

Syarat keenam adalah menjaga kebersihan dan kenyamanan.
Jangan biarkan begitu banyak orang begitu saja masuk dan berlalu lalang di dalam kandang. Apalagi kalau tidak ada keperluan. Jaga juga untuk menutup mulut saat bersin (apalagi kalau kita lagi flu). Meludah sembarangan sebaiknya tidak di dalam kandang. Barangkali tidak ada pengaruhnya untuk kondisi burung-burung puyuh, tapi tidak ada salahnya toh untuk berhati-hati.

Limbah Kulit Telur Sebagai Bahan Pakan

Entah benar atau tidak, kulit telur yang terbuang dari setiap telur yang isinya kita makan, sebenarnya mengandung sumber gizi yang luar b... thumbnail 1 summary

Entah benar atau tidak, kulit telur yang terbuang dari setiap telur yang isinya kita makan, sebenarnya mengandung sumber gizi yang luar biasa.  Saya dapatkan informasi dari sini (klik link).  Kalau ya, maka ini satu peluang yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber gizi untuk ternak yang saya pelihara.  Sebagai peternak pemula, saya kumpulkan kulit telur dari para pedagang, pedagang nasi goreng keliling, dan pembuat kue yang ada di sekitar rumah.  Lumayan, bisa dapat kulit telur satu atau dua kilo setiap hari.   Akhirnya, saya putuskan membeli saja pada orang yang bersedia mengumpulkannya, seharga Rp 500,- kg.
Tidak ada masalah dengan kulit telur ini, tapi bila yang dikumpulkan sudah berhari-hari, baunya minta ampun deh.  Sisa isi telur ikutan luar biasa baunya.  Sangat mudah mengundang lalat, dan tidak jarang pula sudah berisi belatung.  Belatung bisa bertumpuk di bawah kulit telur yang membusuk.  Apaboleh buat, dengan target untuk menekan biaya pakan, usaha untuk memproses kulit telur sebagai grid (gilingan kulit telur) tetap dilakukan.  Dengan menggantikan grid kering yang dibeli di toko pakan ternak seharga Rp 1500 per kilo, maka setidaknya saya bisa menghemat setengahnya.

Hasil uji coba terhadap ayam nyaris apkir yang dibeli dengan harga 40 ribu (usia 1,6 tahun) sebagai tambahan pakan, ditambah dengan perangsang telur, dan tepung ikan, memberikan hasil yang cukup menggembirakan.  Ketika saya membeli ayam nyaris apkir sebanyak 64 ekor dan dalam setiap hari hanya berproduksi rata-rata 25 telur atau 40 persen, kemudian setelah 10 hari saya terpaksa jual lagi 14 ekor untuk dipotong sehingga bersisa 49 ekor, maka setelah minggu ke 3 dimulai, ayam yang sudah mulai menua ini hasil produksi lebih baik.  rata-rata per hari 30 – 34 telur per hari.  Pada hari ke 20 bahkan bertelur sampai 44 telur (atau nyaris 90%)  bertelur.  Saya masih menunggu hari-hari ke depan, apakah stabil, atau ada penurunan drastis lagi.  Namun, dengan angka bertelur sebesar ini, setidaknya langkah awal sebagai peternak pemula yang berusaha menekan atau mengurangi pembelian pakan pabrik dengan membeli sendiri memberikan tanda-tanda menggembirakan.

Hari-hari Pertama Menetaskan Telur Puyuh

Sekitar jam 15.30, tanggal 7 Mei 2013 pagi saya masuk ke tempat penetasan telur puyuh.  Terdengar suara halus dari dalam telur puyuh yang sedang ditetaskan.  Ini adalah hari ke 17 atau ke 18 puyuh di dalam mesin tetas semi otomatis(menggunakan termostat dan termometer) serta 8 lampu 5 watt merk Eterna.  Kapasitas mesin sekitar 800 butir.
Suara-suara dari dalam telur itu pertanda telur akan menetas.  Jam 10.30 pagi, tetasan pertama mulai keluar dan berturut-turut bermunculan.  Saya cukup sibuk memindahkan telur yang akan menetas ke tempat telur menetas yang sudah disiapkan.   Agak bingung juga menanganinya, maklumlah ini adalah penetasan pertama kali.

Tanggal 7 Mei 2013

Jumlah telur yang menetas semakin banyak, mulai dari jam 10.30 pagi sampai sore hari sudah sekitar 300 – 400 butir yang menetas.  Ramai benar bunyi cit-cit-cit yang keluar telur tetas.   Hari pertama ini, anak puyuh yang masih kecil-kecil dibiarkan saja berada dalam ruang penetasan.  Kebanyakan masih basah ketika keluar dari telur, sebagian masih berjuang keluar dari telur.  Temperatur masih tetap sama dengan saat penetasan, yaitu 38-39 derajat Celcius.

Tanggal 8 Mei 2013

Anak-anak puyuh yang sudah kering badannya, dipindahkan dari mesin tetas ke ruang inkubator (ruang pemanas) yang sedikit lebih luas dari ruang penetasan.  Menampung kira-kira 100-150 ekor puyuh yang baru menetas.  Tiap meter perseginya disediakan pemanas dengan lampu Eterna 5 watt.  Temperaturnya sekitar 37 derajat.
Minum, diberikan air minum dicampur gula merah. Tidak diberikan makan.

Tanggal 9 Mei 2013

Ada 1 ekor mati, lalu diambil.  Ada 5 yang tampaknya lemas, tapi dibiarkan tetap dalam mesin tetas.  Masih ada sekitar 200 lebih yang belum menetas.  Beberapa diambil lalu didengar suaranya dengan cara telur diambil dan didekatkan ke telinga.
Pada hari ketiga ini disimpulkan yang pada hari ketiga tidak ada tanda-tanda akan menetas, diambil kemudian direbus (untuk kemudian akan digunakan sebagai campuran pakan).
Hari ketiga ini mulai diberikan makan, yaitu BR 511 (pakan starter ayam pedaging) yang ditumbuk lagi agar lebih halus, hampir sama dengan tepung.  Pakan diberikan dengan cara disebarkan di atas alas koran.

Tanggal 10 Mei 2013

Masih ada 14 telur yang masih diharapkan menetas.  Empat ekor kemudian menetas sendiri, sisanya ada 10.  Beberapa menetas dibantu, karena tidak mampu keluar dari telur.  Menurut pakar, tindakan ini tidak boleh dilakukan.  Biarkan saja mati atau  harus berhasil keluar dengan tenaga sendiri.  Beberapa yang dibantu keluar dari telur, memang kondisinya cacat, tidak sempurna dan memang beberapa hari kemudian akhirnya mati.
Dari 10 telur tersebut, 6 keluar dari telur dan kemudian mati.

Tanggal 11 Mei 2013

Mati 3 ekor di kandang perbesaran (inkubator), 7 yang tampaknya lemah dipelihara di kandang terpisah.
Pakan diberikan dengan tambahan bubuk kunyit yang dicampurkan pada pakan.

Tanggal 12 Mei 2013

Ada lagi yang mati sebanyak 7 ekor.
Kegiatan makan tampak mulai rakus.

Tanggal 13 Mei

Ada lagi yang mati sebanyak 2 ekor.

TAnggal 14 Mei 2013

Direncanakan akan divaksin untuk pencegahan terhadap ND.   Bibit puyuh tidak diberikan minum selama satu jam sebelum diberikan vaksin ke dalam minuman, lalu alas kandang tempat makan dan kotoran dibersihkan.
Hari ini ada yang mati 6 ekor.  Mungkin matinya malam sebelumnya hanya diambilnya pagi hari sewaktu akan mengganti alas kandang.
Vaksin diberikan melalui tempat minum.

Tanggal 15 Mei 2013

Ada yang mati lagi 2 ekor.
Minuman untuk puyuh hanya air putih.
Pakan diberikan dicampur dengan susu probiotik kefir.
Masih ada sekitar 600 bibit puyuh yang menuntut perhatian, terutama pakan dan minum serta jangan sampai kedinginan.  Tingkat keberhasilan penetasan ini sekitar 75 persen.  Dari 200 telur puyuh yang tidak menetas, kurang lebih 30-40%nya memang tidak ada bibitnya (embrio)nya.  Jadi wajar tidak menetas.  Sebagian lagi memang tidak menetas.
Memang sewaktu akan masuk penetasan, umur telur tetas bervariasi mulai dari umur satu hari sampai 10 hari.  Menurut kata ahli, sebaiknya yang ditetaskan berumur kurang dari 7 hari sejak puyuh bertelur.
Saya belum menghitung berapa persen jantan dan betina yang berhasil ditetaskan ini.  Yang jelas, sewaktu memilih telur, saya gunakan saran beberapa peternak : Yang bulat adalah betina, yang lancip jantan.  Saya usahakan pilih hanya yang betina saja.

Beberapa Hal yang Penting Diperhatikan pada 3 Hari Pertama Pembesaran DOQ Puyuh Petelur Sistem Manual dengan Pemanasan Lampu Listrik

Selama beberapa kali membesarkan DOQ Burung Puyuh Petelur, ada beberapa hal yang penting diperhatikan. Karena ketidakhati-hatian, kadang bi... thumbnail 1 summary
Selama beberapa kali membesarkan DOQ Burung Puyuh Petelur, ada beberapa hal yang penting diperhatikan. Karena ketidakhati-hatian, kadang bisa menyebabkan kematian massal. Terutama pada 3 hari pertama, yang boleh dianggap masa kritis. Tentu terlepas dari penyebab penyakit yang dibawa sejak pengiriman (namun penyebab penyakit ini sangat jarang terjadi, jikapun terjadi biasanya merata se-periode pengiriman).
Selepas 3 hari, bolehlah berlega-lega. Walaupun tidak seenaknya begitu saja. Jaga semaksimal mungkin dan jangan sampai teledor yang mengakibatkan kematian massal.
Hal ini saya tulis karena saya sendiri pernah merasakan kematian massal, langsung 150 DOQ tidak terselamatkan karena kebanjiran. Nah, saya ingin kesalahan tersebut tidak terulang terutama pada yang baru pertama kali membesarkan DOQ. Walaupun untuk yang sudah biasa membesarkan DOQ tentu hal-hal yang akan saya utarakan bukan lagi hal mengejutkan, atau merupakan tips rahasia. Memang bukan. Hanya untuk yang baru pertama kali membesarkan DOQ kadang kurang memperhatikan hal-hal yang kadang dianggap sepele tapi bisa berakibat fatal.
Untuk itu saya akan coba menuliskan urutan-urutannya saja sejak persiapan sebelum kedatangan sampai 3 hari pembesaran. Nanti diantara urutan-urutan tersebut ada bagian-bagian yang penting diperhatikan terutama kalau dilewatkan bisa berpotensi menjadi sebab kematian massal.
1. Untuk 1000 populasi karena nantinya membutuhkan 4 kandang, biasanya sudah saya tumpuk terlebih dahulu (tidak berlaku untuk yang lahannya luas). Nanti kalau sudah saatnya pemencaran, masing-masing kandang diisi 250 ekor. Namun untuk hari pertama sampai kira-kira hari ke-10, hanya dua kandang yang diisi, masing-masing 500 DOQ.
2. Bagian samping, belakang, atas dan bawah biasanya sudah rapat. Bagian belakang dan samping rapat dengan triplek / karton juga bisa. Bagian atas ditutup dengan terpal (untuk murahnya pakai terpal bagor saja). Bagian bawah sudah rapat dengan alas (saya biasa pakai sak semen yang dipotong rapi 3 lembar). Yang bagian depan untuk 3 hari pertama sebaiknya juga dalam keadaan rapat. Biasa pakai bagor yang dilipat rapi selebar muka, dan dipaku atas bawah.
3. Pemasangan lampu masing-masing kandang saya memakai 3 lampu, per-lampu 100 watt. Jadi untuk 1000 DOQ pertama kali membutuhkan 600 watt. Karena dengan system manual, standar suhu diukur dari perilaku. Apabila DOQ mengumpul di bawah lampu, berarti kurang panas, tapi bila DOQ menyebar dan merapat di dinding, berarti terlalu panas. Untuk yang kurang panas, tentu ditambah lampu, demikian juga sebaliknya.
4. Sebaiknya sebelum DOQ datang, lampu dihidupkan terlebih dahulu untuk penghangatan ruangan. Waktunya hanya kira-kira saja, pengukurannya dengan memasukkan tangan ke dalam kandang pembesaran.
5. Pakan disebar terlebih dahulu juga di hamparan alas kandang (belum memakai nampan). Untuk BR ini, walaupun dari dari PT sudah termasuk lembut, tapi harus digilingkan juga biar seperti tepung. Untuk 1000 DOQ cukup digiling 1 sak saja.
6. Setelah DOQ datang dan dituang ke dalam kandang, langkah selanjutnya memberi minuman. Masing-masing kandang diberi 3 galon minuman yang sudah diberi vitamin DOQ.
7. Dalam memberi minuman harus berhati-hati, tiap galon cukup di isi setengahnya saja.
8. Galon juga harus diberi batu (lihat gambar), agar tidak kejadian DOQ yang masih sangat kecil-kecil itu tenggelam di tempat minuman.
9. Peletakan galon diberi alas kayu dengan luasan sama dengan lingkaran gallon. Tetapi jangan terlalu tinggi.
10. Penempatan galon harus hati-hati jangan sampai banjir / air meluap terus. Ini perlu dikontrol sewaktu-waktu. Jika meluap, diputar-putar mencari posisi yang tepat.
11. Setelah satu malam, jika dalam ruangan kandang terlalu panas, bagian atas bisa dibuka sedikit untuk fentilasi udara. Namun jangan bagian depan dulu. Hal ini juga penting untuk menjaga keawetan panas kalau sampai terjadi mati listrik.
12. Mati listrik pada 3 hari pertama merupakan hal yang mengkhawatirkan. Apabila mati listrik, solusinya dengan menyewa diesel.
13. Solusi selain menyewa diesel, menunggu dahulu selagi dalam kandang masih cukup panas suhunya. Namun terpaksanya tidak menyewa diesel, yang penting dijaga agar DOQ tidak menumpuk. Biasanya kematian massal karena mati listrik disebabkan DOQ menumpuk.
14. Karena pakan masih disebar (belum ditaruh di nampan), jaga DOQ dari kelilipan atau bahkan matanya tertutup pakan. Jika ada yang demikian, segera dibersihkan pakai air.
15. Untuk 3 hari pertama ini sebaiknyalah sering-sering menengok kandang. Mengontrol dan meneliti bagaimana kondisi DOQ. Apabila ada ketidakberesan, segera dibenahi.
Demikian langkah-langkah atau beberapa hal yang penting diperhatikan pada 3 hari pertama pembesaran DOQ burung puyuh petelur yang merupakan hari-hari mengkhawatirkan. Apabila nanti ternyata ada yang terlewatkan, tentu postingan ini saya tambah sebagai editingnya.

Sponsor Advertisement