Ada yang berpendapat bahwa
dalam beternak puyuh petelur sebaiknya juga tetep memelihara puyuh jantan,
alias dipelihara bersama dengan puyuh-puyuh betina. Alasannya agar suara
puyuh jantan bisa merangsang puyuh betina dan meningkatkan produksi telur. Idealnya
per-1000 populasi ada maksmal 5 puyuh jantan. [lupa sumbernya, dulu baca sudah lebih dari 3 tahun].
Namun ada juga yang
berpendapat demikian :
“puyuh jantan harus
disingkirkan, karena dapat mengganggu ketenangan puyuh betina. Telur-telur yang
dihasilkan betina juga akan cepat rusak dan membusuk karena adanya embrio. Di
samping itu juga menambah beban karena memboroskan ransum.
Tetapi dalam kondisi tertentu,
puyuh jantan juga sangat diperlukan, misalnya untuk menghasilkan telur yang
bisa ditetaskan.
Hanya saja keperluannya
relatif sedikit. Cukup dua sampai tiga ekor untuk sepuluh betina. Inilah yang
mengakibatkan nilai jual puyuh jantan menjadi rendah di mata peternak,
khususnya peternak pengusaha telur.”
Silahkan untuk diterapkan pada
pengalaman masing-masing yang berkeinginan memulai beternak. Soalnya isi
postingan kali ini ialah ingin share tentang membedakan puyuh jantan dan
betina.
Lama tidak surfing (maklum, posting aja sambil playon,
apalagi surfing ). Saya menemukan sebuah artikel yang
sangat bagus sekali mengenai cara membedakan puyuh jantan dan betina.
Saya mencoba meminta ijin
untuk share, tapi login berkali-kali gagal terus. Tapi selak ngebet
pengen saya posting, ya mudah-mudahan tidak ada komplain.
Artikel ini jelas dari beliau
yang bener-bener pakar puyuh. Sedangkan kalo saya ini pakar-pakaran (yang penting tidak cakar-cakaran).
Saya ini hanya tau
sedikit-sedikit tapi nekat berani nuliskan. Karena itu CMIIW alias Correct Me
If I’m Wrong, mohon maklumnya kalau ada salah dari semua postingan saya.
Nah begini cara
membedakan puyuh jantan dan betina:
Menurut Budi Rahayu (1984),
menentukan jenis kelamin puyuh tidaklah sulit. Cara yang paling mudah adalah
dengan melihat warna bulu. Hal ini bisa ditentukan setelah anak puyuh berumur 3
minggu, sebab
pada usia inilah anak-anak
puyuh bulunya sudah tumbuh sempurna, terutama pada Cortunix cortunix japonica
(puyuh asal Jepang). Perbedaan jantan dan betina pada Cortunix cortunix
japonica adalah dengan melihat bulu dada. Pada burung puyuh jantan
warna bulu penutup bagian dada
adalah merah coklat (sawo matang), tanpa terdapat garis atau bercak-bercak
hitam. Sebaliknya pada burung betina bulu dadanya merah coklat dan terdapat
garis atau bercak-bercak hitam.
Puyuh juga dapat dibedakan
jenis kelaminnya setelah berumur lebih dari 1,5 bulan, yakni dengan mengenal
suaranya. Puyuh jantan akan berkokok nyaring seperti ayam hutan, sedang betina
tidak. Ciri lainnya adalah bobot badan. Umumnya puyuh betina memiliki bobot
badan yang lebih besar dibandingkan puyuh jantan. Puyuh betina
dewasa biasanya memiliki bobot
antara 110-160 gram dan puyuh jantan dewasa berbobot antara 100-140 gram.
Begitu pula bentuk pantatnya, puyuh jantan pantatnya bulat dan besar sedang si
betina lebih kecil.
Metode kloaka
Penentuan kelamin anak puyuh dengan
melihat warna bulu memang paling mudah dan praktis. Tetapi susahnya harus
menunggu terlebih dulu sampai puyuh berumur 3 minggu dan tumbuh semua bulunya.
Bagi pengusaha ternak
komersial praktek serupa ini jelas tidak ekonomis dan mempertipis keuntungan.
Hal ini pasti tidak dikehendaki. Itulah sebabnya mengapa metode kloaka lebih
disukai para pengusaha untuk menentukan jantan-betinanya.
Dengan menggunakan metode
kloaka anak puyuh sudah bisa dipilih dan ditentukan pemeliharaannya lebih
lanjut, sehari setelah keluar dari penetasan.
Saat itu anak puyuh
bobotnya baru mencapai 8 gram dan lubang duburnya baru selebar 3 milimeter.
Penentuan jantan-betina adalah dengan meneliti secara seksama bagian lubang
dubur atau kloakanya. Pemeriksaan tersebut sebenarnya sangat sederhana dan
mudah.
Caranya, dengan memegang anak
puyuh memakai tangan kiri, dengan punggung menghadap si pemeriksa lalu kaki
mengarah keluar serta kepala tunduk kebawah.
Selanjutnya pantat dan
punggung dipegang dengan telunjuk dan ibu jari, kaki diletakkan antara jari
tengah dan jari manis, serta leher diletakkan antara jari manis dan kelingking.
Dengan demikian posisi anak
puyuh dalam keadaan menungging. Pada posisi seperti inilah penentuan jenis
kelamin bisa kita lakukan.
Pertama, urut dahulu perut
anak puyuh ke arah dubur sampai keluar kotorannya. Kotoran dibersihkan dengan
kain atau kapas, selanjutnya dubur dibuka dan diraba-raba.
Perabaan atau pemeriksaan
dilakukan dengan jari sampai ditemukan tonjolan atau lipatan pada dinding
kloaka. Kalau tidak ada tonjolan, berati itu anak puyuh betina.
Tapi kalau terasa ada
tonjolan, anak puyuh tersebut berjenis kelamin jantan. Tonjolan kecil tersebut
sebenarnya juga dapat kita saksikan bentuknya menggunakan kaca pembesar dan
penerangan lampu 75 watt. Bentuk tonjolan pada puyuh berkelamin jantan mirip
seperti bentuk jantung.
Tetapi sayangnya tak semua
orang bisa melakukan penentuan kelamindengan metode ini, karena untuk menjadi
ahli dan terampil diperlukan latihan berulang kali.PI/dw
Tidak ada komentar
Posting Komentar